Kenapa Orang Indonesia Malas Jalan Kaki? Sebuah Studi Kasus Kaum Mager
Jujur aja, lo kapan terakhir kali jalan kaki lebih dari 500 meter, bukan karena terpaksa? Kalau jawabannya lebih lama dari update terakhir WhatsApp lo, berarti kita punya masalah nasional.
Ada yang bilang ini karena orang Indonesia pemalas. Ada juga yang nyalahin cuaca. Tapi sebenernya, alasan kenapa jalan kaki itu bukan pilihan utama kita tuh lebih kompleks. Yuk, kita bedah satu-satu!
1. Cuaca: Musuh Utama Pejalan Kaki
Indonesia itu panas dan lembab. Jalan kaki lima menit aja, baju udah kayak diperas. Ditambah polusi, asap knalpot, dan debu jalanan, rasanya olahraga di treadmill rumah lebih masuk akal. Kalau aja kita tinggal di negara empat musim, mungkin jalan kaki bisa lebih diminati (dengan catatan, nggak ada angkot ngetem di depan rumah).
2. Trotoar? Lebih Mirip Rintangan Ninja Warrior
Coba deh perhatikan trotoar di kota-kota besar. Kalau nggak bolong, ya dipakai buat parkir motor. Kalau nggak ada parkiran liar, ya pasti ada abang jualan kopi keliling. Mau jalan kaki, tapi rasanya kayak lagi uji nyali. Nggak heran orang lebih milih naik motor daripada uji adrenalin di trotoar penuh jebakan.
3. Transportasi Publik: Antara Ada dan Tiada
Kata siapa jalan kaki itu nggak efisien? Masalahnya, naik transportasi umum juga nggak selalu lebih cepat. Kadang, jarak satu halte ke halte lain bisa lebih jauh daripada jalan kaki ke tujuan langsung. Angkot sering ngetem, bus nunggu penumpang penuh, dan kereta? Well, selamat menikmati seni berdesakan.
4. Budaya "Naik Motor ke Warung Sebelah"
Di sini, punya kendaraan pribadi itu kayak tiket masuk ke peradaban. Dari kecil kita udah lihat orang-orang naik motor ke mana-mana, bahkan buat beli kopi di warung sebelah. Jalan kaki dianggap nggak praktis, bahkan kadang "kasihan" kalau lihat orang jalan jauh. Padahal di negara lain, jalan kaki itu bagian dari gaya hidup sehat.
5. Keamanan: Jaga Diri atau Jadi Korban?
Jalan kaki di Indonesia itu butuh mental baja. Jalanan sepi? Bisa jadi target empuk jambret. Trotoar gelap? Nggak ada jaminan lo aman. Sementara di banyak negara lain, jalan kaki itu nggak cuma soal mobilitas, tapi juga pengalaman kota yang nyaman dan aman.
6. Kota yang Dibangun Buat Kendaraan, Bukan Pejalan Kaki
Lihat aja desain kota kita. Mall gede, parkiran luas, tapi jalur pejalan kaki minim banget. Bandingkan sama kota-kota di Eropa yang tiap sudutnya bisa diakses dengan nyaman tanpa kendaraan. Indonesia masih setia dengan budaya "mall culture", bukan "walkable culture".
Terus, Solusinya Apa?
Kalau kita beneran mau jalan kaki jadi kebiasaan, ada beberapa hal yang perlu dibenahi:
- Pemerintah perlu mikirin infrastruktur beneran, bukan sekadar bikin trotoar yang akhirnya jadi lahan parkir.
- Jalan kaki harus jadi bagian dari budaya urban, bukan cuma kegiatan orang-orang yang lagi olahraga.
- Keamanan ditingkatkan, biar orang nggak parno jalan sendirian.
- Transportasi publik harus diperbaiki, biar jalan kaki bisa jadi opsi logis buat first-mile dan last-mile.
Jadi, setelah baca ini, masih milih naik motor ke minimarket depan komplek atau mulai nyobain jalan kaki dikit-dikit? Pilihan di tangan lo.
Posting Komentar